Sunday, June 9, 2024

Mengapa Aku Menulis Banyak Hal?




Pertanyaan tentang mengapa aku menulis tentang banyak hal itu hanya bisa dijawab jika kita merunut dari awal. Iya dari awal aku mengenal tentang cerpen dan dan akhirnya menyukai membacanya. 

Pernah tahu majalah Bobo dan Mentari Putera Harapan? Iya karena dua majalah di ataslah aku mulai suka membaca cerita pendek. Tiap minggunya menanti terbitnya dua majalah itu adalah saat paling menyenangkan. Di masa remaja, ada majalah Anita dan Aneka Yess yang banyak juga terdapat cerpen. 

Dari pengalaman baca itu, aku mulai gemar menulis sejak SMP. Menulis cerpen tentunya. Dulu sarananya dengan menulis di buku tulis dulu baru diketik di mesin tik, lalu berpindah di era komputer. Begitu terus sampai di bangku SMA. Lantas, saat penentuan jurusan kuliah, guru BK bertanya mau meneruskan kuliah di mana. Entah ide dari mana, aku menjawab dengan pasti "Saya mau ambil jurusan Sastra Indonesia bu".

Saat itu, aku juga terpengaruh oleh film Ada Apa Dengan Cinta. Profesi penulis atau sastrawan itu seperti profesi impian saat itu. Iya, masih polos dan idealis. Saat lanjut kuliah baru sadar, kuliah Sastra Indonesia bukan berarti akan menjamin seseorang itu punya kualifikasi untuk menciptakan karya sastra. Termasuk, belum tentu bisa hidup dari karyanya. Terlebih jika, tulisan kita belum banyak mendapat apresiasi positif ketika diterbitkan. Aku termasuk di jajaran itu. 

Menulis bagiku saat ini hanya sebagai tempat pelarian diri untuk sejenak melepaskan beban pikiran. Bukan hanya karena sadar jika kualitas tulisanku yang belum mendapatkan apriesiasi baik tapi  juga karena dengan menulis aku bisa menuangkan imajinasi, ide, gagasan. Selain itu dengan menulis aku menjadi  bahagia. Iya sederhana semacam itu. 

Saat ini, sementara waktu aku hanya menulis blog dengan banyak bahasan random. Mulai dari review hingga sekedar curhat. Kok ga hanya satu niche saja yang ditulis? Karena bacaan saya random, isi otak juga berbagai macam ide. Jadilah seperti saat ini.

Hanya satu pesan buat aku di masa mendatang yaitu menulis saja. Tulisan apa saja di media manapun. Karena sebuah karya akan tetap menjadi karya dengan atau apresiasi dari orang lain.
Continue reading Mengapa Aku Menulis Banyak Hal?

Saturday, June 8, 2024

The Last Dance


Ruangan latihan itu nampak lengang. Hanya ada Retha yang nampak meregangkan kakinya sambil mematut di depan cermin besar di ruangan itu. Raut wajahnya nampak memikirkan banyak hal. Evaluasi latihannya hari itu, masih jauh dari sempurna. Pirouettenya masih belum on point. 
Berkali kali ia mencoba putarannya tapi masih ada koreksi dari Miss Dyna. Ia panik karena pertunjukannya sudah di depan mata. Ia tidak punya waktu lagi untuk menunda memperbaiki tariannya. Setelah sekian lama ia bergabung di dance company ini, ia mendapat kan role dancer yang penting. Ia tidak boleh gagal kali ini
***
Hari-hari Retha hanya habis di ruang latihan dan apartment yang tengah disulapnya sebagai tempat latihan. Pagi malam, ia mengesampingkan rasa lelahnya. 
Sampai sore itu tragedi terjadi. Retha dan teman-temannya tengah latihan. Ia mencoba ansamble koreografi dengan full teamnya. Tiba-tiba saat ia melakukan pirouette, Retha salah mengambil tumpuan dan terjatuh. Teriakan kesakitan Retha menggema di ruangan itu. 
Miss Dyna dan crewnya nampak panik. Mereka segera membawa  Retha ke IGD.
***
Ruangan berdinding putih itu nampak suram, hanya ada satu tempat tidur di sana. Gadis muda yang terbaring di tempat tidurnya nampak memandang jauh ke luar jendela. Air matanya nampak mengalir dalam diam.
***
"Dengan kondisi tulang kaki kirinya seperti itu, saya rasa dia tidak mungkin menggunakannya sementara waktu. Terutama untuk gerakan beresiko saat ia menari. Kalau sampai sekali lagi cedera, say  khawatir, dia tidak akan bisa berjalan" jelas dokter Jean pada ibu Retha. Penjelasan dokter itu cukup membuat ibunya shock.
***
"Retha mau tetap menari bu. Ibu tahu kan bagaimana perjuangan Retha. Ini yang Retha tunggu bu" Retha histeris dan menangis sambil terus meracau. 
*** 
Ruangan pertunjukan itu sudah penuh dengan penonton. Ada ibu Retha di kursi baris terdepan. Dari matanya nampak cemas melihat ke arah panggung. 
Lampu ruangan mati dan disambut lampu sorot ke panggung. Satu persatu ansamble tarian muncul. Retha nampak anggun dengan baju, riasan, dan rambutnya yang ditata indah. Gerakannya gemulai membuat penonton menahan nafas. Kisah perjuangan Retha untuk pulih telah menjadi rahasia umum. 
Dan ketika lampu sorot panggung mati, gedung pertunjukan itu dipenuhi suara gemuruh tepuk tangan. Layar turun. Di balik layar Retha terjatuh pingsan. 
Ia, telah mewujudkan impiannya. "Aku rela kehilangan apapun untuk malam ini.
Continue reading The Last Dance

Friday, June 7, 2024

Aku, Kamu, dan Stasiun Pemberhentian Terakhir




Wajah Jakarta yang seolah dipenuhi oleh orang-orang yang nampak tergesa dapat dilihat di stasiun dan gerbong-gerbong keretanya. Ada wajah yang nampak lelah, wajah yang menunjukkan di kepalanya dipenuhi banyak kerumitan hidup, wajah cemas akankah ia bisa mengejar waktu agar dapat tiba tepat waktu, dan juga wajah penuh rindu.

Untuk yang terakhir, kupastikan itu wajahku. Momen di stasiun sepulang kerja adalah momen yang paling kutunggu. Iya, karena ada kamu di sana. Sejak pertama kali kita bertemu, kamu selalu berangkat dengan jdawal krl dan berdiri menunggu kereta datang. Perkenalan yang canggung saat itu. Tapi semua memang berawal dalam kecanggungan bukan? 

Dimulai dari pinjam powerbank, ngobrol, bertukar nomor, hingga bertukar playlist Spotify. Anehnya, di setiap hari kita bertemu, topik pembicaraan apapun akan menjadi menarik. Hingga, aku merasa riuhnya stasiun saat itu tak terdengar. Serasa hanya ada kita berdua saat itu. Waktu perjalanan ke stasiun terakhir tujuan kita turun merupakan waktu paling indah paling tidak bagiku.

Sehari, seminggu, hingga berbulan bulan kemudian. Senin hingga jumat kita akan bertemu di stasiun. Sabtu dan Minggu kamu menjemputku di rumah untuk lari di GBK atau hanya menghabiskan waktu di cafe. Dan betul, Radit, laki-laki yang kutemui di stasiun kala itu, berhasil membuatku jatuh hati padanya. Yang membahagiakan, perasaanku tak bertepuk sebelah tangan.

Aku dibawanya bertemu keluarga besarnya, begitupun Radit keperkenalkan ke keluargaku. Restu pun dengan mudahnya kami genggam. Meskipun aku merasa too good to be true, tapi aku sangat bersyukur hubungan kami nampak dipermudah. Tapi sungguh aku risau, karena aku merasa hubungan kami seakan begitu lancar tanpa aral.

Ketakutanku seakan terjawab dua minggu sebelum hari pernikahan kami. Radit kecelakaan saat mengendari motor gedenya. Saat mendengar kabar itu dari Bundanya Radit, aku mematung cukup lama. Aku masih mencerna semua informasi yang aku terima baru saja. Sebelum akhirnya aku bergegas menuju RS Siloam. Papa Mama turut menemaniku, karena menurut mereka aku terlalu labil kalau ke sana sendirian. Dan betul saja, sepanjang jalan aku hanya dapat menangis di pelukan mama.

Menunggu Radit ditangani di kamar operasi sepertinya waktu berjalan sangat lambat. Setelah kurang lebih satu jam, dokter nampak keluar dari ruang operasi menemui orang tua Radit. Samar kudengar dokter telah melakukan segala upaya terbaik, tapi... Tiba tiba pandanganku gelap saat mendengar penjelasan dokter. 

---
Aku kembali ke stasiun tempat kami bertemu. Kali ini aku sendiri. Hanya berdiam mematung. Di antara lalu lalang orang. Dan air mataku terus mengalir setiap aku melangkahkan kaki ke stasiun ini. Aku merasa kosong. 
--- 
Breaking News
Seorang wanita berusia sekitar 25 tahun berusaha melakukan bunuh diri dengan loncat ke jalur kereta. Tubuh wanita muda itu terseret beberapa meter. Nyawanya tidak dapat terselamatkan. Jenazahnya dibawa ke rumah sakit Siloam.
Continue reading Aku, Kamu, dan Stasiun Pemberhentian Terakhir

Thursday, June 6, 2024

Perjalanan Terakhir ; Sebuah Kisah tentang Cinta




Sore itu berjalan begitu lambat. Perdebatan semalam membuat Regi nampak murung seharian di kantor. Moodnya berantakan dan matanya nampak sembab. Iya, untuk kesekian kalinya semalam ia dan Danu berdebat untuk topik yang selama ini menjadi momok dalam hubungan mereka. Selama 4 tahun hubungan mereka, hampir dilalui tanpa aral. Mereka saling mencintai, sama sama saling support di karir keduanya, dan punya visi yang sama dalam menatap masa depan. Hanya satu yang membuay hubungan yang tadinya hangat menjadi dingin layaknya salju abadi di kutub. Perbedaan agama keduanya.

Bukannya mereka berdua menutup mata atas perbedaan yang ada. Selama ini mereka sama sama yakin, love will wins after all. Tapi semakin bertambah usia, tekanan dari keluarga masing-masing, dan Danu yang mulai kembali belajar dan mendalami agamanya, membuat mereka makin sering bertemu dalam diskusi panjang mengenai perbedaan antara mereka. 

"Aku gak akan mau memaksamu ikut aku Re, meskipun aku selalu berdoa dan berharap bisa beribadah dengan istriku nanti. Aku mau kalau kamu mualaf, itu karena kesadaranmu sendiri," ucap Danu malam itu. Perkataan yang membuat Regina terdiam dan merenung.

"Dalam doamu, nama siapa yang kamu sebut sebagai istrimu kelak mas? Apa tidak bisa kita seperti sebelumnya saja? Toh selama ini kita baik-baik saja" jawab Regi.

"Maksudmu apa? Tentu kamu yang aku harapkan menjadi istriku Re. Susah Re, satu kapal tidak mungkin punya dua tujuan. Aku mau kita sama sama hingga nanti ke surga" tukas Danu.

Regina memandangi laki laki di hadapannya. Ia seperti tak mengenali lagi laki-laki di hadapannya itu. Ia kecewa karena sepertinya ketakutannya selama ini akan terjadi. Ia mungkin akan kehilangan laki laki yang dicintainya. Atau mungkin bahkan sudah kehilangan?

Regi memegang tangan Danu dan berkata "Mas, aku lepaskan kamu untuk menemukan jodoh dan calon istri sesuai yang kamu inginkan. Sepertinya kita benar benar sudah tidak bisa sejalan. Perubahanmu sekarang membuatku tak bisa lagi mengimbangi langkahmu mas." 

Kata kata yang membuat Danu terperanjat. Bukan ini yang dia harapkan. Regi nampak menitikkan air matanya dan melepas genggaman tangannya pada Danu. Dan iapun beranjak pergi meninggalkan sisi Danu yang terduduk di pinggir motornya. Ia sadar keputusannya berat malam itu, tapi Regi juga sadar tidak bisa menghalangi Danu mendapatkan jodoh yang terbaik menurutnya.

Perjalanan mereka kemarin adalah perjalanan terakhir mereka. Padahal perjalanan ini yang dinantikan Regi selama ini. Danu selalu menjanjikan untuk pergi ke pantai di Malang Selatan. Tapi yah, perjalanan terakhirnya cukup indah untuk dikenang meskipun pada akhirnya mereka sama sama terluka.

Dan sekarang, Regi berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan semua luka dari dirinya atas keputusan yang diambilnya. Ia yakin, ini yang terbaik. Karena harusnya sejak awal dia tahu, akhir macam ini akan bisa terjadi kapan saja.
Continue reading Perjalanan Terakhir ; Sebuah Kisah tentang Cinta

Wednesday, June 5, 2024

I'm Mirroring You

I'm mirroring you...

Kalau kamu bertanya mengapa sikapku berubah? 
tak lagi semangat membalas pesanmu
Tak lagi cepat menjawab dering telpon saat namamu muncul
Tak seceria dan sehangat dulu...
Maka bercerminlah
Dan bertanyalah pada dia yang sosoknya kau lihat di cermin 
pada malam malam sebelumnya
Bagaimana kau membuatku menunggu dan menangis 

Aku tak berubah
Aku hanya menjadi dirimu
Aku hanya mengikuti bagaimana kau bersikap padaku... 

Kamu menganggapku menyebalkan karena berubah?
Bayangkan apa yang kurasakan tentangmu selama ini

Hari hari kemarin kamu begitu angkuh dan pongahnya menunjukkann kuasamu padaku
Seakan aku hanya kerikil yang bisa kau singkirkan tiap saat, jika mengganggu jalanmu
Apa kau melihatku berubah sikap saat itu?
Apa kau melihatku sedikit saja mengeluh padamu saat itu?
Tidak kan?

Malam malam lalu, saat kamu selalu menemukan alasan untuk hilang tanpa kabar
Dan datang tiba tiba tanpa rasa bersalah
Dengan wajahmu yang datar, bahkan tak menanyakan apa aku menantimu sepanjang malam?
Tidak ada. 
Kamu terlalu angkuh bahkan sekedar untuk menanyakan perasaanku dan meminta maaf.
Apakah saat itu kau melihatku merajuk padamu dan meminta mengindahkanku? Tidak kan?

Aku hanya diam
tetap memberikan senyum terbaikku
Bersikap hangat setiap kamu datang
Menyambut kehadiranmu yang sedingin salju abadi di puncak tertinggi bumi
Tak ada secuilpun rasaku berkurang atau berubah padamu, saat itu

Tapi, apa yang terjadi...
Kau tetap pongah
Kau tetap bersifat melangit
Kau tetap menganggapku pemanis dalam ruang hidupmu
Terus kau lakukan
Hari demi hari berganti
Dan akupun lelah

Iya, aku lelah.
Saat ini, aku hanya ingin menjadi cermin bagimu
Bukankah ada pepatah, bahwa jodoh kita nantinya adalah cerminan diri kita
Karna aku telah berdoa dan meminta pada Tuhan untuk kamu menjadi jodohku
Aku akan menjadi cerminanmu
Hingga kau lelah dan sadar
Bahwa tak sedetikpun kebersamaan kita, kau memberiku ketenangan hati
Jangankan bahagia, aku selalu ketakutan di sisimu
Takut membuatmu marah
Takut melakukan kesalahan
Takut kehilanganmu

Jadi sayang, sungguh jangan bertanya mengapa aku berubah saat ini
Karena ini adalah kamu dalam wujud aku.

Continue reading I'm Mirroring You

Tuesday, June 4, 2024

Aku Bersyukur Atas Hari Ini


Hai Teman Nunna 


Apa kabar hari ini?

Semoga kamu yang membaca blog ini baik menemukannya secara tidak sengaja ataupun memang secara khusus hadir, berada di keadaan yang sehat secara fisik, mental, dan finansial. Eh, yang terakhir itu penting loh. Backbonenya kalo Nunna bilang mah. Kalo finansial sehat, meskipun fisik dan mental lelah, gampang buat kita healing kan. Bener ga?


Hari ini, Nunna pengen ngeluh tapi ga boleh. Katanya, apapun yang terjadi dalam hidup kita, sepahit apapun itu wajib untuk kita tetap bersyukur. Dari segala hal buruk yang terjadi hari ini, apa mungkin Nunna bisa menutup mata atas banyak sekali nikmat yang dirasakan hari ini. Jangan sampai kita kufur nikmat hanya karena ada hal hal yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi kita.


Aku bersyukur atas hari ini... 

Bangun tidur dengan segar, tanpa pusing dan sakit kepala yang seharian kemarin Nunna alami itu sangat disyukuri.

Bisa makan tanpa keluhan di perut dan mual hingga muntah hari ini pun sangat Nunna syukuri.

Memiliki orang orang baik yang memperhatikan Nunna, menanyakan kabar, kondisi kesehatan, dan hal lainnya juga satu hal yang sangat aku syukuri hari ini.

Ada orang-orang yang senantiasa siap menyediakan tangan saat kita olengpun, itu sangat Nunna syukuri hari ini.


Meskipun ya, seharian ini dada rasanya ingin meledak, kepala mendidih, emosi, dan banyak rasa dan hal buruk dirasa. Rasanya pengen nangis, pengen mengeluarkan semua kegundahan dihati, tapi tertahan. Jadinya di dada tuh nyesek gitu. 


Gak bisa, hari ini tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. Pekerjaan harus tetap dituntaskan meskipun dalam diri ini bergemuruh. Apakah bisa terselesaikan? Bisa. Dengan hati dan pikiran yang berantakan tapi masih bisa terlihat baik baik saja, aku pun bersyukur karenanya.


Tapi Nunna percaya, ada rencana indah yang ada di depan sana. Rencana Allah SWT selalu yang terbaik kan? Meskipun mungkin, saat ini kita masih belum dapat  merabanya. Percaya saja, akan ada pelangi indah setelah hujan badai. 


Betul kan? Sekarang saatnya meletakkan kepenatan. Mengevaluasi diri. Merenungkan apa yang terjadi seharian ini. Dan atas semua yang terjadi hari ini...


Alhamdulillah hirabbil 'alamin


Continue reading Aku Bersyukur Atas Hari Ini

Monday, June 3, 2024

,

Tanah Tabu ; Kekayaan dalam Kesederhanaan Tanah Tabu Papua


Tanah Tabu || Anindita S Thayf || GPU ||  November 2015 || 195 halaman || Baca di @gramediadigital

Rate : 5/5 ⭐

Memilih novel Tanah Tabu ini karena challenge membaca buku atau novel yang underated maupun overated. Dan novel ini masuk jajaran novel underated di Goodreads dengan rating 3.95. Kok bisa? Padahal novel karya Anindita S Thayf ini merupakan pemenang 1 Sayembara Novel DKJ 2008. Penasaran dong Nunna. Dan, mari kita ulas. 

---

Di ujung sabar, ada perlawanan.

Di batas nafsu, ada kehancuran.

Dan air mata hanyalah untuk yang lemah.


Potongan kata kata yang tersemat di awal kisah ini seperti merangkum semua kisah yang tersurat dan tersirat dari novel ini. Novel berlatar tanah Papua ini berkisah tentang sekeluarga yang isinya perempuan semua. Mabel, Mace, dan Leksi. Juga ada dua peliharaan mereka anjing dan babi, Kwee dan Pum, yang sangat mereka sayangi. 


Memiliki tokoh utama yang kesemuanya perempuan di tanah Papua, menjadi poin yang menarik menurut saya. Perempuan yang masih dianggap sebagai warga kelas dua yang tidak lebih berharga dari anak laki laki di sana menjadi kontras dengan keluarga Mabel, Mace, dan Leksi. Mabel merupakan sosok yang sangat tangguh dan teguh dalam prinsipnya. Pengalamannya di masa lalu membuatnya membenci orang asing datang ke tanah Papua. Orang-orang yang merampas hak mereka di sana. Mabel dan Mace bertekat untuk terus berjuang agar anak dan cucunya dapat kehidupan yang lebih baik nantinya. 


Novel ini menarik sekali. Konflik antar tokoh yang dibangun sangat natural. Bahasa dan diksi yang digunakan juga sederhana sekaligus indah. Tidak rumit dipahami. Pembaca seakan dibawa ke kondisi real di tanah Papua dan turut terlibat di percakapan antar tokohnya.


Salah satu dialog yang sangat saya suka 

"Zaman sekarang hanya sedikit orang baik yang tulus, Lisbeth, apalagi orang kaya dan pejabat. Jadi kalau mereka berbuat baik kepadamu, berhati-hatilah dan tunggu saja. Tagihannya akan menggedor pintu rumahmu sebentar malam. Seketika itu juga, dia akan menjadi tuanmu. Kau suka atau tidak suka."

Hlm 172

Jujur, saya bingung mengapa novel ini mendapat rating di bawah 4 di Goodreads. Menurut saya, novel ini sangat menarik dibaca kalau kamu ingin merasakan suasana masyarakat di tanah Tabu atau tanah Papua. Ingin tahu, bagaimana kesederhanaan mereka yang kerap kali dimanfaatkan untuk banyak kepentingan. Jika kalian ingin merasakan semua kekayaan Tanah Papua dalam versi yang sederhana. Silakan baca novel ini.


Selamat membaca.

Continue reading Tanah Tabu ; Kekayaan dalam Kesederhanaan Tanah Tabu Papua