Kalau tidak karena bunda memohon untuk pulang Lebaran tahun ini, aku tentu akan memilih untuk membelikan tiket ke Jakarta saja untuk bunda. Aku sudah kehabisan alasan untuk mengelak. Bunda secara khusus meminta aku pulang karena tahun ini giliran rumah kami yang membuat open house. Selama ini, tahun-tahun kemarin, aku memilih pulang di H-3 Lebaran dan hanya mengajak bunda liburan. Tapi kali ini aku tak berkutik.
Membayangkan di sana akan ada wajah yang paling kubenci di dunia. Wajah seseorang yang kalau bisa aku ingin menyiksanya dengan tanganku sendiri sampai dia memohon untuk mati saja. Seseorang yang menghujamkan trauma terlalu dalam sejak perlakuan durjananya padaku saat itu. Perlakuan yang bahkan oleh anggota keluarga lain dianggap perlakuan iseng. Iya hanya iseng kata mereka. Bahkan Bunda memintaku memaafkan orang itu begitu saja, hanya karena beranggapan kala itu suaminya melakukannya karena gemas dan sayang padaku, sebagai anaknya sendiri. Alasan yang kala kuingat sekarang sangat konyol.
Karena kemuakanku itu pulalah yang membuatku melanjutkan kuliah di Jakarta dan memilih tinggal jauh dari mereka. Mulai menata hidupku sendiri, merencanakan masa depan, dan membangun semua mimpiku. Aku melampiaskan amarahku dengan mencetak banyak prestasi, keras pada diri sendiri. Hidup mandiri tanpa meminta sepeserpun uang dari Bunda dan suaminya.
Aku pernah menangis ketakutan saat laki-laki itu melakukan hal durjana itu padaku. Tapi tangisku hanya dianggap angin lalu. Maka, aku memutuskan untuk tidak lagi menangis sejak keluar dari rumah. Kata orang bijak, balas dendam terbaik adalah dengan menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Dan itu yang kulakukan.
Apa tahun ini aku harus pulang demi bunda?
Tak lama, handphone di tanganku bergetar. Bunda menelpon.
"Rana, kamu pulang kan nak? Bunda mohon pulang ya sayang," kata bunda dari seberang sana. Aku menghela nafas mendengar suara bunda.
"Rana pulang bund, tapi hari kedua ya bund," jawabku.
"Pulanglah sebelumnya nak, bunda rindu." Tukas bunda.
"Bunda, Rana belikan tiket umroh ya. Kita lebaran di Mekah. Rana siapkan semuanya buat bunda," kataku.
"MasyaAllah makasih nak, tapi Rana tidak bisakah kamu pulang saja?" Ucap bunda lirih.
"Maaf bund, bunda tahu alasannya. Rana tidak bisa satu ruangan dengan laki laki itu. Rana tidak bisa bernapas di udara yang sama dengan dia. Rana harap bunda mengerti. Tanggung jawab Rana hanya pada bunda, bukan yang lain," bunda hanya mendesah lirih dan menyetujui ajakanku.
Maaf bunda, luka itu masih terlalu basah bahkan setelah bertahun tahun.
***
#RWCODOPDay6
#RWCODOP2024
#OneDayOnePost
#RamadanWritingChallenge2024
0 comments:
Post a Comment