Jika ada perempuan yang begitu membuatku kagum sekaligus iri tentu adalah Nirmala, sahabatku sejak kecil. Serupa namanya yang berarti tanpa cacat cela, bersih, suci, dan tidak bernoda. Nirmala bagiku dan mungkin juga bagi teman-teman lain adalah sosok muslimah yang bersahaja dan hampir tanpa cela. Cerdas, aura cantik wajahnya terpancar meskipun di balik cadar, menguasai beberapa bahasa asing, suaranya merdu, dan ilmu agamanya masyaAllah. Kiprahnya di organisasi sosial pun membuat kagum banyak orang. Nirmala dan beberapa temannya menginisiasi program makan siang gratis untuk anak-anak kecil binaan mereka. Dan saat bulan Ramadhan seperti saat ini, ia tak pernah absen membagikan makanan untuk berbuka puasa atau sahur.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat kami teman dekatnya semakin kagum. Di antara semua penilaian sempurna yang Nirmala dapat dari banyak orang, ia tetap menjadi dirinya sendiri di hadapan kami sahabatnya dan juga keluarganya. Seperti sore ini, ia panik saat hendak pulang. Ia mengitari seluruh ruang kuliah dan membongkar tasnya. Kami yang melihatnya juga ikut bingung.
"Mala kamu cari apa?" tanya Dina.
"Ini Din, aku kehilangan daftar penerima bantuan yang sudah kususun semalam. Seingatku pagi tadi sudah aku masukkan tas untuk diserahkan ke donatur sore ini," jawab Mala.
"Coba diinget lagi La, mana tahu tertinggal di rumah," kataku.
Dia mengambil handphonenya dan menekan layarnya. Tapi tak lama nada dering berbunyi. Nirmala mengangkatnya.
"Iya pak, betul. Oh sudah disetujui. Memangnya dokumen sudah saya serahkan ya pak? Pagi tadi? Astaghfirullah saya lupa pak. Pantas saya cari tidak ketemu. Baik pak terima kasih sekali atas bantuannya. Kami akan berikan report pembagian bantuan kepada bapak. Sekali lagi terima kasih pak." Nirmala nampak mengakhiri pembicaraan.
Sesaat setelah Nirmala menutup percakapannya. Kami bertiga tertawa dan Nirmala juga tergelak. Iya kejadian seperti ini beberapa kali terjadi. Iya, Nirmala pelupanya ampun banget. Jadi kami yang menjadi support systemnya harus bisa memahaminya. Untungnya ia sadar itu, dan berusaha mengurangi dampak pelupanya dengan rajin menulis jurnal catatan. Tapi ya ada kalanya ada yang terlewat seperi kali ini.
"Sepertinya aku harus minum vitamin otak lagi deh ya, biar ga terlalu pelupa." tukasnya.
"Kamu keseringan makan brutu ayam kali," selorohku disambut gelak tawa kami semua.
"Mana ada aku makan brutu ayam, kalo usus iya." Jawabnya ringan.
"Ya gak apa apa La, masih untung Allah SWT mengurangi sedikit kesempurnaanmu. Ya kaaan... kalau ga, mana udah cakep, pinter, shalihah udah sesempurna itu. Jadi biar kita diingetin, kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Betul apa betullll," kata kata Ratih membuat kami tertegun dan merenung.
Tiba-tiba Nirmala memeluk kami bertiga, "MasyaAllah alhamdulillah terima kasih yaaa sudah menjadi sahabat-sahabat terbaikku. InsyaAllah kita terus barengan sampai ke Jannah ya sayang sayangku. Sekarang mau kan bantuin aku bagi-bagi takjil," kami bertiga pun tersenyum satu sama lain dan mengangguk.
#RWCODOPDay14
#RWCODOP2024
#OneDayOnePost
#RamadanWritingChallenge2024
0 comments:
Post a Comment