Beberapa waktu lalu, rame cuitan seorang psikolog bernama Elly Risman yang membagikan sebuah artikel berita. Dalam berita itu yang menyebut Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) yang dipunggawai oleh Triawan Munaf akan mengundang SNSD dalam rangka peringatan kemerdekaan ke 72 RI di bulan Agustus mendatang. Sambil membagikan tautan, Elly Risman mencuit beberapa kali mengenai berita tersebut dengan mention ke akun Triawan Munaf dan tagar #yangbenaraja . Elly mempertanyakan keputusan Bekraf saat mengundang SNSD yang disebut sebagai simbol seks dan pelacuran. Cuitan Elly Risman ini sontak membuat netizen gaduh.
Para penggemar KPop langsung menyerbu tweet tersebut dengan komentar protes dan kemarahan.
Para Kpopers itu menunjukkan bukti bukti bawah SNSD tidak pantas mendapatkan predikat tersebut karena berbagai kiprah mereka dalam bidang sosial. Kegaduhan ini bahkan membuat Triawan Munaf bahkan harus membalas cuit Elly Risman dan menjelaskan bahwa SNSD diundang bukan dalam rangka peringatan kemerdekaan Indonesia tapi dalam rangka Countdown Asian Games 2018.
Mendapatkan berbagai serangan dari netizen atas cuitannya, akhirnya membuat Elly Risman mengeluarkan cuitan lagi. Kali ini ia meminta maaf karena terlalu cepat memberikan respon pda artikel berita yang belum valid kebenarannya.
Apa yang terjadi pada Elly Risman ini mungkin juga bisa terjadi pada kita semua. Ketika menerima informasi yang belum tentu kebenarannya kemudian memberikan reaksi berlebihan tanpa mencari tahu validitas informasi tersebut. Banyak yang demikian? Banyak sekali. Dan itu mengapa pengguna internet di Indonesia begitu mudahnya terprovokasi dan tergiring opininya oleh berita berita sesat yang tak jelas kebenarannya. Yang demikian ini bukan hanya terjadi pada mereka yang tingkat pendidikannya rendah saja, seperti yang kita ketahui Elly Risman adalah psikolog dan ahli parenting ternama di Indonesia.
Kali ini saya ingin menyampaikan dua pendapat mewakili sisi yang pro dengan cuitan Elly Risman yang menyatakan SNSD merupakan simbol sex dan pelacuran serta sisi yang kontra mewakili para KPopers.
Pro
Pernyataan Elly Risman ini berdasarkan ketakutannya bahwa SNSD akan memberikan dampak negatif pada anak anak. Anak-anak yang melihat pertunjukkan SNSD saat acara yang berlangsung 18 Agustus 2017 itu nantinya akan meniru. Seperti yang kita tahu, anak-anak adalah peniru yang ulung. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita sebagai orang dewasa melindungi anak-anak dari kemungkinan dampak buruk dari kebudayaan luar. Termasuk girl band SNSD.
Kontra
Harusnya sebelum protes dan membagikan cuitan tentang sesuatu berita klarifikasi dulu, apakah benar SNSD merupakan simbol sex dan pelacuran. SNSD itu siapa dan bagaimana kiprahnya di Korea Selatan. Kalau girlband seperti SNSD disebut sebagai simbol sex dan pelacuran bagaimana dengan banyak penyanyi dangdut tanah air yang menggunakan goyangan erotis. Para penyanyi dangdut itu tidak hanya menampilkan goyangan di panggung panggung off air besar, banyak juga di panggung panggung kecil yang penontonnya adalah anak-anak.
Apakah anak-anak nantinya akan meniru atau tidak SNSD dalam berbusana atau bertingkah laku, itu bagaimana orang tuanya. Jangan terlalu paranoid dengan budaya luar, kalau anak sudah ditanamkan keimanan sejak kecil. Mereka akan memiliki self filter dalam dirinya sendiri. Tanpa harus terus menerus kita jaga.
#Day9
============================
August 1
A house divided
Pick a divisive issue currently in the news. Write a two-part
post in which you take on two personas and approach the
topic from both sides. Bonus points for a creative format
(roundtable discussion, debate transcript, etc.).
365 DAYS OF WRITING PROMPTS
A prompt to fire your imagination, each and every day
for a year
The Editors, WordPress.com
iya benar neng. Sering kali saya juga mendapat broadcast suatu informasi dari suatu kawan. lalu ketika saya tanyakan : darimana kamu mendapatkan informasi tersebut? belehkah aku minta link sumbernya. maka jawabannya adalah : saya hanya sekedar share dari grub sebelah. hmm, ironis memang disaat teknologi semakin maju namun terkadang membuat seseorang dengan mudahnya share informasi yang belum tentu terbukti kebenarannya. sehingga tak jarang memicu terjadinya kesalahpahaman antar pembaca berita tersebut.
ReplyDelete