Saya dilahirkan dan dibesarkan di kota Surabaya. Dari SD-SMA
berkegiatan di lingkungan yang sama. Jalan ke sekolah juga itu-itu saja. Baru
saat kuliah, saya mulai melihat dunia luar, di luar kawasan Manukan Surabaya
Barat, hehehe... Sebagai anak yang dibesarkan di kota, banyak momen yang tidak
bisa saya dapatkan.
Apa saja sih ya membuat saya ga asik jadi anak kota? Simak
di bawah ini yah...
Gak kenal istilah MUDIK. Di saat semua orang sibuk cari
tiket saat long weekend saat Lebaran,
keluarga kami tidak. Jadi nih, waktu Lebaran itu, satu gang perumahan saya
hampir semuanya mudik. Hampir setiap tahun, keluarga kami selalu jadi tempat jujugan tetangga yang mau nitip rumahnya
untuk ditinggal mudik. Bete? Pasti. Apalagi pas zaman sekolah, biasanya setelah
liburan panjang teman-teman selalu pamer cerita liburan mudik di desa. Dan saya
cuma melongo.

Apa lagi ya... intinya mah kalo jadi anak kota mah jadi
kurang bahan cerita soal alam, desa, dll.
Nah, sejak saya mulai serius berhubungan dengan calon suami
saya waktu itu, tepatnya setelah saya dilamar, mulai tuh saya punya pengalaman
baru. Yup, suami saya itu dilahirkan dan dibesarkan di Lamongan. Beliau blasteran
Lamongan Sunda hehehe... Jadi saya mulai sesekali diajak pulang ke desanya,
dikenalkan dengan keluarga besarnya di Lamongan. And I Love it So Much...
Kampung suami saya ada di dusun Blungkan desa Sendangrejo
Kecamatan Lamongan. Dari alun-alun Lamongan perlu waktu 15 menitan untuk sampai
ke desa kami. Kalau malam, ada ruas jalan yang masih tidak ada penerangan. Aliran
air yang masuk ke desa kami bukan berasal dari PDAM, karena hingga saat ini,
belum ada aliran air PDAM di desa kami. Padahal desa sebelah sudah ada. Jadi kami
mengalirkan air dari waduk penampungan. Kalau sedang kumpul keluarga besar
harus beli air tanki untuk isi bak air, 1 tanki biasanya butuh biaya sekitar
50.000.

Banyak sekali hal baru yang saya dapatkan selama saya punya
kampung untuk mudik. Selama pernikahan kami yang baru dua tahun ini, saya
terhitung sering pulang ke desa. Selain karena ada acara keluarga, kami pulang
ke Lamongan terkadang hanya sekedar refreshing
singkat saja. Ada banyak kearifan lokal yang bisa saya pelajari dari
masyarakat yang ada di desa kami. Misal tentang tata cara saat mengadakan
acara, tata cara menikah, apa yang tabu untuk dilakukan dll.
Dan akhirnya, si anak kota ini punya kampung juga untuk mudik.
Meskipun masih tidak perlu rebutan tiket saat menjelang mudik. Karena kami
hanya perlu naik motor atau sewa mobil saja untuk mudik.
Nikah emang bikin kita tambah kaya ya Mbak. Hihihi. Kaya karena jadi punya kampung/desa/kota baru :D
ReplyDeleteBelom lagi keluarga dan lain-lainnya :D
iyaaa tambah kaya... secara materi maupun non materi hehehhe
Deletewah saling melengkapi kalau gitu.. untungnya dapet suami dari desa, jadi bisa punya pengalaman di desa sekarang... hehehe
ReplyDeletesalam kenal mak nunung...
salam kenal Mak Sarah...
Deletehuum Alhamdulillah... jadi bisa ngerasain punya desa
Sama Mba, dl juga ga pernah mudik karena ga punya kampung. Norak juga akhirnya lebaran ngerasain macet2an hahaha
ReplyDeleteiyaaah bener... apalagi mudik pertama setelah nikah, beuuuh semua barang apa yang bisa dibawa saya bawa...
Deletetapi sampe sana kebanyakan ga kepake xixixi...
Dapet suami orang lamongan to, main-main lah ke WBL hehe..
ReplyDeleteIyaaah blasteran Lamongan Cianjur hehehe...
DeleteRumah mbak deket WBL?