Tuesday, May 27, 2025

Misteri, Sejarah, dan Konspirasi dalam The Da Vinci Code karya Dan Brown

 

The Da Vinci Code | Dan Brown | Penerbit Serambi | Cetakan XXV, September 2006 | 641 halaman 

Rate : 5/5 ⭐


Hai Annyeong Teman Nunna

Kali kedua di bulan ini mencoba re-read buku yang lama. Kali ini jatuh pada The Da Vinci Code karya Dan Brown. Pemilihan judul ini karena challenge dari Robusta Literasi dan yah, mari kita mulai. Pertama kali membaca novel ini di 2007 dan setelah 18 tahun kemudian memang berbeda sih rasanya. Karena setelah baca dulu, saya pernah nonton filmnya. Dan tentu saja pengalaman pembacaan dan informasi yang saya dapat belasan tahun ini membuat saya memiliki referensi yang berbeda. Tapi, untuk kali ini, ulasannya dengan POV first reader aja yah, tentunya yang ramah dibaca untuk Teman Nunna di manapun berada.

Saat pertama kali baca novel The Da Vinci Code, saya pikir yah ini mah novel misteri biasa yang penuh teka-teki untuk dipecahkan dan konspirasi sejarah dan agama. Tapi begitu buka halaman pertama… boom! Langsung kejebak dalam dunia simbol, sejarah, dan kejar-kejaran ala film action. Dan Brown nggak pake basa-basi—dia langsung ngasih adegan pembunuhan di museum Louvre, Paris. Yup, di sinilah semuanya dimulai.

Jacques Sauniere, kurator museum adalah korban pertama yang mati dalam posisi mencurigakan. Polisi menemukan fakta bahwa Sauniere meninggalkan pesan misterius sebelum ia meninggal. Polisi Prancis langsung manggil Robert Langdon, seorang profesor simbologi dari Harvard, buat bantu ngartiin simbol-simbol aneh yang ditemukan di tubuh korban.


Tapi bukannya jadi ahli yang dimintai tolong, Langdon malah dituduh sebagai tersangka pembunuhan! Gila, dari sini situasinya langsung kacau. Untungnya dia dibantu oleh Sophie Neveu, cucu korban, yang juga seorang ahli kriptografi. Mereka kabur dari kejaran polisi dan mulai menelusuri teka-teki yang ditinggalkan oleh sang kakek.

Nah, inilah yang bikin saya gak bisa berhenti baca. Setiap petunjuk yang mereka temukan selalu terhubung ke sejarah kuno, lukisan terkenal (terutama karya Leonardo da Vinci), dan organisasi rahasia seperti Opus Dei dan Prioriy of Sion. Semuanya terasa misterius tapi tetap masuk akal. Kamu serasa lagi ikut main escape room raksasa, cuma bedanya ini keliling Eropa dan nyawa jadi taruhannya.

Nah yang menarik dan seru, penulis Dan Brown tuh kuat banget risetnya dan jago banget mengolah fakta sejarah, konspirasi, menjadi karya fiksi. Kamu bisa dapat pengetahuan soal karya seni, sejarah gereja, bahkan teori tentang kehidupan Yesus—semuanya dibungkus dengan gaya penulisan yang tegang tapi tetap enak diikuti. Walau kadang harus mikir keras, tapi justru itu daya tariknya.

Karakter Robert Langdon juga menarik. Dia bukan tipe pahlawan yang jago berantem atau keren kayak James Bond. Dia lebih ke “pahlawan intelektual” yang menang lewat otak, bukan otot. Dan Sophie? Dia bukan cuma sidekick biasa—dia punya peran besar, terutama karena misteri utama ternyata berkaitan erat sama masa lalunya.

Satu hal yang bikin novel ini sempat heboh adalah temanya yang menyentuh hal-hal sensitif, terutama soal agama dan sejarah gereja. Menurut saya, kalo kamu cari pembenaran tentang teori konspirasi ini itu, novel ini hadir tidak untuk membenarkannya. Ini fiksi, dan Dan Brown hanya ngajak pembaca buat mikir: “Gimana kalau sejarah yang kita tahu selama ini nggak lengkap?” Seru aja sih mikir kayak gitu, meskipun tentu nggak semuanya harus dipercaya mentah-mentah.

The Da Vinci Code adalah novel thriller yang cerdas, seru, dan bikin mikir. Cocok banget buat kamu yang suka misteri dengan bumbu sejarah dan konspirasi. Baca ini rasanya kayak ikut petualangan yang penuh kode, rahasia, dan twist yang nggak ketebak. Dan percayalah, setelah membaca novel ini, kamu tidak akan lagi sama dalam memandang sejarah, seni, dan konspirasi yang berpusar di atas dunia ini.


Selamat membaca.

Saranghae, Nunna.


Perjalanan Mimpi di Atas Awan ; Ulasan Istimewa 20 Tahun Penerbitan Novel 5 cm


5 cm. | Donny Dirgantoro | Grasindo | Cetakan Keempatbelas, Januari 2010 | 382 halaman 

Rate : 5/5 ⭐


Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh di sini, di depan kening kamu... jangan menempel. Biarkan

Dia

Menggantung Mengambang

5 centimeter di depan kening kamu

Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu...


Pertama kali aku baca 5 cm di tahun 2010, aku nggak nyangka novel ini bakal nempel banget di kepala. Awalnya sih kupikir ini cuma novel anak muda biasa, penuh motivasi dan kata-kata bijak ala seminar. Tapi ternyata, makin dibaca, makin kerasa kalau 5 cm bukan cuma soal mimpi—tapi juga soal persahabatan, perjuangan, dan keberanian buat berubah. Dan sekarang, aku kembali membaca ulang 5 cm. dengan pengalaman pembacaan yang mungkin berubah seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup.

Cerita dimulai dari lima sahabat yang udah bersahabat selama bertahun-tahun: Genta, Zafran, Riani, Arial, dan Ian. Mereka kayak geng solid yang hampir tiap hari nongkrong bareng. Tapi di suatu titik, mereka ngerasa hidup mereka gitu-gitu aja, stagnan, monoton. Dan akhirnya, muncul ide gokil dari Genta: “Gimana kalau kita nggak ketemu selama tiga bulan, fokus sama hidup masing-masing, dan lihat apa yang bakal terjadi?”

Tiga bulan itu jadi momen refleksi buat mereka. Masing-masing mulai ngejar hal yang sebelumnya mereka tunda. Ada yang mulai serius belajar, ada yang lebih peduli sama keluarga, dan ada juga yang mulai berani bermimpi lebih tinggi.

Nah, setelah “puasa pertemanan” itu selesai, mereka ngerencanain reuni dengan cara yang nggak biasa: mendaki Gunung Semeru, atapnya Jawa. Dari sini, petualangan seru mereka dimulai. Mulai dari ketawa-ketawa di kereta, dingin menusuk di Ranu Kumbolo, sampai napas tersengal di Mahameru. Tapi lebih dari itu, pendakian ini adalah simbol perjalanan hidup mereka—berat, melelahkan, tapi indah banget di puncaknya.

Yang bikin aku suka banget sama novel ini adalah cara Donny nulis. Gaya bahasanya santai, kadang lucu, kadang puitis, dan sering banget nyelipin kalimat-kalimat yang bikin mikir. Salah satu yang paling aku inget adalah, "Gantungkan mimpi itu 5 cm di depan keningmu... agar kamu selalu melihatnya, dan kamu bawa mimpi itu ke mana pun kamu melangkah." Sederhana, tapi dalem banget.

Karakter-karakternya juga terasa nyata. Zafran si puitis yang suka ngelucu, Riani si cewek cerdas tapi tegas, Genta yang punya aura pemimpin, Arial si jago olahraga, dan Ian yang doyan makan tapi punya hati lembut. Rasanya kayak kita ikut dalam perjalanan mereka, bukan cuma nonton dari jauh.

Tapi ya, kalau jujur, ada beberapa bagian yang terasa terlalu “sok memotivasi” atau terlalu dilebih-lebihkan, apalagi pas di bagian klimaks. Tapi entah kenapa, aku tetap bisa nikmatin ceritanya karena semangat dan niat baiknya kerasa banget.

Pas selesai baca lagi itu, aku sempat diem. Bukan karena sedih, tapi karena merasa tertampar halus. Aku jadi mikir, “Apa aku udah cukup berani buat mimpi besar? Udah cukup usaha belum?” Dan mungkin, itulah kekuatan 5 cm—bukan buat ngasih jawaban, tapi buat nyentil kita supaya mulai bergerak.

Kalian yang belum baca novel 5 cm. silakan baca deh, dan temukan sendiri tamparan halus itu. Atau yang sudah pernah baca, yuk rayakan 20 tahun penerbitan novel 5 cm tahun ini.

Happy reading.

Friday, May 23, 2025

Pembunuhan Misteri penuh Manipulatif ala Towards Zero karya Agatha Christie

 


Towards Zero | Agatha Christie | Gramedia Pustaka Utama | Cetakan Kelima, Juli 2003 | 320 halaman 

Rate : 5/5 ⭐


"Sayang awal cerita-cerita itu biasanya salah! Dimulai dengan pembunuhan-padahal pembunuhan adalah akhirnya. Segalanya berawal jauh sebelumnya, kadang-kadang bertahun-tahun sebelumnya, dengan segala macam kejadian yang berkaitan, yang mengarahkan orang-orang tertentu, pada suatu waktu tertentu, ke tempat tertentu pula. Semua mengarah ke satu titik... Kemudian, ketika saatnya tiba... terjadilah! Titik Nol!"

Hai Annyeong Teman Nunna 

Nunna hadir lagi untuk bahas novel karya eyang Agatha Christie yak. Kali ini judulnya Towards Zero atau Menuju Titik Nol. Honestly, ini adalah pembacaan kedua ya. Terlihat kan dari versi novel yang dibaca dari terbitan 2003. Its means 22 years ago, what a life hahahha. Tapi ya, seperti biasa pembacaan kesekian selalu berbeda rasa dari pembacaan pertama. Apalagi setelah 20 tahun lebih berlalu. 

Okay, novel ini dibuka dengan penyajian tokoh-tokoh utama yang terlibat, namun di luar list tokoh yang disajikan di awal ada tokoh tokoh pendukung yang nantinya memberikan hint pencerah kasus pembunuhan di novel ini. Dilanjutkan dengan fragment cerita tentant Mr. Treves dengan kolega hukumnya dan  Inspektur Battle dengan Silvia anaknya. Di awal, saya merasa fragmen cerita ini hubungannya apa sih dengan keseluruhan cerita? Kenapa begitu pentingnya hingga diletakkan di awal? Ternyata oh ternyata, fragmen cerita tersebut nantinya juga merupakan pondasi yang membangun kisah dalam novel ini. 

Kejanggalan peristiwa dalam novel Towards Zero ini berawal dari prahara rumah tangga sih. Ketika Neville Strange berencana mempertemukan Kay Strange istrinya sekarang dan mantan istrinya Audrey Strange di rumah Lady Camilla Tressilian, di Gulf's Point. Audrey yang terbiasa rumah tersebut di bulan September tidak bisa menolak permintaan Neville untuk bertemu di sana. Dan malangnya Lady Tressilian terjebak dalam segitiga abadi itu di rumahnya sendiri. Pertemuan yang pada ujungnya digegerkan dengan kematiannya yang dibunuh dengan hantaman benda tumpul di suatu malam. 

Kemudian, dilanjutkan dengan proses investigasi yang menarik oleh Inspektur Battle dan James Leach. Interogasi dilakukan kepada setiap nama yang terlibat di dalam rumah  itu. Mulai dari pelayan, asisten pribadi, tukang masak, hingga para tamu. Termasuk orang asing yang terkait. Yang menarik, di awal semua bukti terhimpun mengarah pada Neville Strange sebagai pembunuh Lady Tressilian. Namun, bukti yang ada itu dianggap ganjil oleh Battle, ia merasa ada yang tidak match dari semuanya. Namun, sebuah fakta dan kesaksian membuat Neville selamat dari jeratan hukum, yang kemudian mengarah pada mantan istrinya Audrey. Tapi lagi-lagi menariknya, plot twist terjadi karena kesaksian dari seseorang yang out of nowhere hadir dalam penyelidikan itu. 


Saya sih mencatat ada empat poin menarik dari novel ini, dari sisi cerita ga usah lah ya diragukan kalau karya Agatha Christie mah. 


Yang pertama, tokoh dalam novel ini memiliki beragam karakter yang menarik. Salah satu karakter menarik menurut saya adalah Audrey Strange. Tenang bagaikan Lady, nampak tidak banyak berekspresi, namun sesungguhnya di dalamnya seperti gunung api yang bergejolak dan siap meledak kapanpun. Ini juga diungkap oleh Battle di akhir novel. Seseorang yang bertahun-tahun hidup dicekam ketakutan itu dapat melumpuhkan, kita seolah dibuat tidak dapat berpikir dan lemah. Dan itulah yang terjadi pada Audrey. 


Yang kedua, plot twist dan letusan fakta yang gila sekali diungkapkan tepat hampir di akhir cerita. Membuat fakta dan data yang telah tersusun rapi sejak awal menjadi hancur seketika. Dan ini memang keahlian Agatha Christie dalam menciptakan plot cerita yang tidak mudah ditebak. 


Yang ketiga, alur penceritaan yang cepat. Entah mengapa, novel ini terasa lebih cepat dibaca setelah kedua kali saya baca kali ini. Sepertinya saya sebagai pembaca mudah sekali mengikuti alur berpikir parah tokoh, alur cerita, dan hingga pada akhir cerita ekspresi yang saya dapat adalah, loh udah kelar?


Yang keempat, metode pemecahan kasus yang unik. Berawal pada Battle yang merasa ada sesuatu yang membuatnya mengingat Poirot, cara interogasi yang menarik dengan membiarkan semua orang menceritakan semua hal dari sisi mereka, dan dilakukan berulang-ulang, hingga teknik menyudutkan terduga pelaku pembunuhan Lady Tressilian yang membuat ia secara psikologis tertekan dan mengungkapkan sendiri kebenarannya. 


Overall, novel Towards Zero ini meskipun berjarak 20 tahunan saya baca kembali, tetap asyik buat dibaca. Teman Nunna bisa baca buku fisiknya atau bisa digital juga. Mana saja senyaman kalian. 

Sampai bertemu di ulasan buku lainnya. 

Happy Reading. 


Saranghae, Nunna

Tuesday, May 6, 2025

Hati Hati dengan Harapan yang Kau Ucapkan


Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 4 || Reiko Hiroshima || Penerbit Pop ||  Cetakan pertama, 2024 || 165 halaman 

Rate : 5/5 ⭐

Hi Annyeong Teman Nunna 

Buku yang Nunna ulas kali ini adalah volume keempat dari seri Toko Jajanan Ajaib Zenitendo karya Reiko Hiroshima. Di volume keempat ini masih dihangatkan dengan persaingan antar dua toko jajanan, Zenitendo dan Tatarimedo. Beniko dari Zenitendo yang menawarkan jajanan yang dapat mewujudkan harapan secara ajaib dan meminta imbalan berupa uang koin unik. Sementara itu, Yodomi dari Tatarimedo menciptakan jajanan yang sama-sama mewujudkan keinginan seseorang tapi sebagai imbalannya ia akan menyerap energi buruk, amarah, keputusasaan, dan segala hal negatif yang muncul dari orang yang memakan jajajanannya. 

Dalam volume keempat ini, terdapat jajanan Kaleng Firasat dan Moci Goreng Curang, Bakpao Serigala, Celengan Kantuk dan Kerupuk Beras Nirlelap, Telu Cokelat Goblin, Moci Goreng Kumbang Gigi, dan Permen Sirup Jagung Pelangi. Bagaimana sudah terbayang seseru apa cerita di volume kali ini hingga muncul jajanan ajaib seperti itu? 

Oh ya, tapi yang mau Nunna highlight dari Zenitendo ini ada dua hal. Yang pertama tentang isu perundungan dan yang kedua tentang harapan yang kita ucapkan. 

Isu perundungan diangkat di Zenitendo volume 4 ini di judul Kaleng Firasat dan Moci Goreng Curang serta Bakpao Serigala. Dua judul secara tersirat dan tersurat mengusung isu perundungan. Bagaimana seseorang yang merasa memiliki kelebihan baik fisik, kemampuan, materi, dll terkadang secara sadar maupun tidak dapat menjadi pelaku perundungan. Seperti yang dialami Yosuke pada cerita Bakpao Serigala yang awalnya merupakan korban perundungan, kemudian malah berubah menjadi pelaku perundungan. Ia sempat menyampaikan bahwa 

"Yang melakukan, sih, cuma menganggapnya main-main. Mereka tidak tahu bagaimana perasaan yang jadi korban... Aku ingin bisa berubah wujud seperti mereka..." 

Namun, ketika ia telah mendapatkan "kekuatan" itu, Yosuke berbalik menjadi perundung di sekolahnya. Sama seperti pelaku yang selama ini merundungnya. 

Di dunia nyata banyakkah orang seperti Yosuke? Banyak. Orang-orang baik yang dulunya tertindas sebagai korban, memiliki kecenderungan akan menjadi pelaku di masa kemudian. Lantas bagaimana memutus siklus itu? Melalui kepekaan dan peran orang-orang di sekitar terjadinya peristiwa perundungan. Orang-orang dewasa di sekitar anak-anak ini punya peranan untuk memutus siklus perundungan dengan memberikan edukasi yang tepat. 

Jika di buku cerita Zenitendo ini perlu keajaiban untuk menyadarkan Yosuke, maka di dunia nyata perlu peran aktif lingkungan terdekat, orang tua, guru, sekolah, dan masyarakat.  

Lantas poin kedua tentang Keinginan atau Harapan yang diucapkan. Di semua seri cerita Zenitendo termasuk di buku volume keempat ini kita diajarkan untuk berhati-hati dengan apa yang kita minta, doakan, harapkan. Karena terkadang kita dihadapkan pada situasi yang melenakan setelah keinginan kita terkabul dan lupa pada tujuan awal. Pada judul Moci Goreng Kumbang Gigi  misal, Seiichi tokoh dalam cerita tersebut merasa malas untuk gosok gigi dan dia ingin giginya menjadi putih tanpa dia harus gosok gigi. Namun ketika harapannya terkabul, ia menjadi serakah dan ingin lebih lama menggunakan Kacang Gigi Kinclong dari toko Jajanan Ajaib Zenitendo, sampai akhirnya ia bertermu toko Tatarimedo dan memberinya Moci Goreng Kumbang Gigi. Apa yang terjadi? Ia menjadi sosok yang jahat dan penyesalan yang luar biasa dialami Seiichi. 

Jadi, berhati-hati pada setiap doa dan keinginan yang kita ucapkan. Dan belajar bersyukur serta memiliki rasa cukup, hal-hal itulah yang bisa kita ambil dari cerita cerita dari seri Zenitendo baik di volume empat atau volume sebelumnya. Hingga ulasan ini ditulis, kalau tidak salah ada 7 atau 8 volume yang telah terbit. Buku ini cocok dibacakan pada anak-anak menjelang tidur. Karena sarat akan pelajaran-pelajaran kehidupan yang bisa mereka pelajari sejak dini secara sederhana. 

Cari bukunya segera dan selamat membaca. 

Saranghae, Nunna 

Wednesday, April 30, 2025

Pengungkapan Pembunuhan Ter Plot Twist - The Murder of Roger Ackroyd


The Murder of Roger Ackroyd || Agatha Christie || Gramedia Pustaka Utama ||  Cetakan keempat belas, 2024 || 352 halaman 

Rate : 5/5 ⭐

~ Roger Ackroyd tahu terlalu banyak. Ia tahu bahwa wanita yang ia cintai meracuni suami pertamanya yang kejam. Ia juga curiga bahwa wanita itu diperas seseorang. Dan kini... wanita itu bunuh diri. 

~ Malam itu Roger menerima sepucuk surat berisi informasi yang sangat fatal. Sayang sekali, sebelu, ia sempat membaca surat itu sampai selesai, seseorang menikamnya hingga tewas. 

~ Hercule Poirot pun terpaksa menunda masa pensiunnnya untuk menyelidiki kasus ini. 

- Blurb - 


“The truth, however ugly in itself, is always curious and beautiful to seekers after it.” –Agatha Christie, Murder of Roger Ackroyd.



Hi Annyeong Teman Nunna, 

Mulai bulan ini hingga beberapa bulan ke depan, Nunna akan share ulasan novel-novel karya Agatha Christie ya. Untuk bulan April ini kita akan ulas salah satu novel terbaik Agatha Christie berjudul The Murder of Roger Ackroyd. Yang dalam bahasa Indonesia dialih bahasakan sebagai Pembunuhan Atas Roger Ackroyd. Terbit pertama kali di Penerbit Gramedia Pustaka Utama tahun 1979, dan hingga kini masih dianggap sebagai novel Agatha yang paling kontroversial karena plot twistnya. Penasaran? 

Membuka bacaan novel ini dengan kekhasan gaya penulisan Agatha Christie yang mengalir dan tiap sequence tokoh, latar, story, motif, konflik tertata perlahan sejak halaman awal. Dibuka dengan pov penceritaan salah satu tokoh utama, Dr. Sheppard dan konsisten hingga akhir novel.

Peristiwa kematian demi kematian yang tidak wajar di sebuah desa, membawa Poirot yang sudah memutuskan pensiun harus "terjebak" lagi untuk memecahkan kasus kematian Roger Ackroyd. Pembaca dibuat larut dalam alur cerita yang mengalir. Jugling dari mencurigai satu orang ke orang lain. Sementara Poirot tetap mengumpulan data dan informasi dan mengolahnya di sel sel kelabu di kepalanya.

Dan, yah saya dibuat shock dan ekspresi saya hanya "hah, loh kok, kok bisa, kenapa dia?" saat Poirot mulai mengungkap dan memaparkan kasus dan fakta yang ia kumpulkan di tengah semua orang yang terlibat. Dan ini semua terjadi di bab-bab akhir. Sebuah plot twist cerita yang diletakkan di ujung menjadi bom waktu bagai pembaca. 

Bagaimana kelihaian Agatha Christie mengecoh kita pembacanya ini selalu patut dikagumi. Dan yah, berbeda dengan novel Agatha yang pernah saya baca, The Murder of Roger Ackroyd ini benar benar tidak terkira pembunuhnya adalah orang yang luput dari kecurigaan saya. Novel ini wajib banget kamu baca di awal awal jika mau membaca novel Agatha Christie. 

Happy Reading.

Saranghae, Nunna.