Hai Teman Nunna...
Belakangan saya kesulitan membangun persona atas diri saya. Saya tuh dikenal orang lain sebagai apa dan siapa sih? Karena sejak aktif di akun ini dan hijrah ke Jakarta, saya jarang sekali menggunakan nama asli. Bahkan untuk urusan bisnis dan interaksi dengan orang lain saya menggunakan nick name yang selalu saya pakai saat ini. Kecuali memang jika terkait urusan perbankan atau mengurus dokumen legal. Tapi itupun jarang terjadi sehari-hari. Jadi, perkara persona ini masih membingungkan bagi saya.
Sesederhana penggunaan aku, saya, gue, ay yang selalu saya gunakan setiap hari secara random. Pernah satu kali bercakap dengan orang yang sama saya bisa menggunakan semua penyebutan itu bergantian. Pun, dengan logat dan gaya bertutur saya yang unpredictable. Suatu waktu di kawasan Blok M @prithakhalida sahabat saya pernah bilang begini "Kamu tuh bisa gitu ya beda pas ngomong sama gue cara ngomongnya jakarta banget, pas telponan sama mama bisa medok banget." Dan saat dipikir, iya juga yah... Apa saya terlalu adaptable sehingga bisa punya topeng, layer, atau skin yang bisa ditampilkan saat berkomunikasi dengan orang lain?
Anyway... Per Agustus ini saya coba mengaktivasi skin saya sebagai penulis amatir. Kembali ke proses kreatif sehari-hari, memperbanyak membaca dan menuliskan apapun, termasuk jurnaling beberapa hari terakhir. Dan dalam proses pengaktivasian mode penulis ini ada bagian yang agak "menyebalkan" tapi harus dilalui bagi saya. Belajar lagi tentang teknik menulis.
Iya... Cukup "menyebalkan" karena dengan background pendidikan sastra Indonesia saya harus kembali mengingatkan sel sel memori saya tentang penulisan. Bagaimana membangun struktur cerita, teknik penulisan, membangun karakter dll. Dan semua itu saya belajar lagi dari 0 dari orang yang memang saat ini sudah menjadi penulis. Yang bukan dari latar pendidikan yang sama dengan saya.
Jujur, di awal ego saya sedikit terlukai. Tapi di situlah saya belajar bahwa akan selalu ada masa kita harus belajar kembali dan menyesuaikan diri dengan kondisi saat itu. Beradaptasi kembali dengan kultur yang telah terbentuk di ruang kreatif saat ini.
Toh memang sudah lama saya tidak mengaktifkan sel sel memori menulis kreatif. Jadi, yah saya menurunkan ego saya, kembali mundur untuk belajar semuanya dari awal. Mengumpulkan yang terserak di otak dan kembali menyusunnya dengan rapi.
Dan semua itu tidak mudah, terlebih di bagian menurunkan ego. Terkadang di saat proses belajar itu sempat terlintas "Ini gue tahu nih tapi perasaan gak begini deh", namun saya secara sadar mengunci rapat bibir dan jari saya untuk tidak berkomentar lain. Diam, menyimak, mencatat, merekamnya dalam otak, hanya itu yang saya lakukan selama proses belajar. Dan itu proses yang setelah dijalani ternyata cukup menyenangkan.
Ternyata tidak masalah dianggap bukan siapa siapa dan tidak tahu apa apa. Ternyata rasa yang demikian itu sangat meringankan langkah. Karena saya kemudian berjalan tanpa ekspektasi berlebih orang lain.
Jadi... Teman Nunna sudah siap menemani proses belajar dan mengaktifkan skin penulis saya kah?
Saranghae, Nunna